Analisi Cerpen PENDET
- Biografi Putu Wijaya
Putu Wijaya
Putu Wijaya yang kita kenal sebagai sastrawan mempunyai nama yang cukup panjang yaitu I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Dari namanya itu dapat diketahui bahwa ia berasal dari Bali. Putu Wijaya memang dilahirkan di Puri Anom, Tabanan, Bali pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra. Saat masih duduk di SMP di Bali, Putu mulai menulis cerita pendek dan beberapa diantaranya dimuat diharian Suluh Indonesia, Bali. Ketika di SMA, Putu memperluas wawasannya dengan melibatkan diri dalam kegiatan sandiwara. Setelah selesai SMA ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta, kota seni dan budaya.
- Sinopsis Cerpen
"Ini bukan hanya masalah tari pendet. Bukan hanya masalah orang Bali. Ini harga diri kita sebagai bangsa. Kita tersinggung! Pulau direbut, hutan dicuri, TKI disiksa bahkan ada yang mati. Warisan budaya, tarian, bahkan masakan diklaim sebagai milik mereka. Ini sudah melanggar hukum. Satu kali oke, kedua kali masih oke, tapi kalau sudah berkali-kali namanya menantang. Kalau dibiarkan nanti jadi kebiasaan. Kita bisa dianggap bangsa kelas dua yang boleh diremehkan. Tidak! Kita harus marah! Apa mau mereka memanas-manaskan tungku yang sudah mendidih? Mentang-mentang kaya! Sakit hati karena pernah kita ganyang? Oke sekarang kita juga sakit hati. Dan berkali-kali! Kepala sudah beku karena coba dididingin-dinginkan. Kita tidak tahan lagi, kita harus ganyang!".
- Unsur Intrinsik
1. Tema: Cinta tanah air.
2. Tokoh Dan Penokohan
A. Ami : Bersifat egois dan keras kepala tidak mempedulikan lingkungan sekitar yang ternyata ada salah satu warga Negara Malaysia menjadi tetangganya, cinta tanah air, kurang bijaksana jika mengambil suatu keputusan.
"Ada! Dengerin! Justru itu bagus. Karena turis yang dipikat untuk pergi ke sana, lama-lama akan tahu, tari pendet itu rumahnya bukan di situ, tapi di Bali. Kalau mau nonton pendet, jangan ke situ, tapi ke Bali. Nah, jadi itu kan iklan gratis buat kita? Promosinya dia yang bayar, manfatnya kita yang sikat!" ami melotot
B. Pak Amat : Bijaksana karena tidak seenaknya menyampaikan pendapatnya, sabar dalam menghadpai kelakuan Ami yang cenderung keras kepala, tidak gegabah dalam melakukan tindakan karena perlu pemikiran.
""Tenang! Kita harus menyikapi semuanya dengan bijak."
" coba lihat dari segi positipnya. Itu kan hanya iklan. Katanya yang buat bukan orang setempat tapi dibuatkan oleh apa itu namanya, Discovery Channel?"
C. Bu Amat : Tokoh Bu Amat juga termasuk tokoh yang mencerminkan cinta tanah air dengan terang-terangan memojokkan Malaysia dengan fakta-fakta yang telah membuatnya geram, bisa menengahi masalah tentang perdebatan antara Ami dan Pak Amat.
"Kenapa tidak. Kan sudah berapa kali kita dihina. Berapa TKW yang sudah babak belur bahkan mati. Masak diam saja. Betul, kata Ami, sekarang baru tari-tarian, kalau kita diam saja, nanti kepala kita akan diambil!"
"Sana jemput Ami dan minta maaf!"
3. Latar :
Tempat : rumah Ami dan rumah teman Ami
Waktu : malam hari
Suasana : menegangkan
4. Sudut Pandang : Sudut pandang di sini memakai sudut pandang orang ketiga dengan nama orang lain yang serba tahu.
5. Alur : ALUR DISINI MEMAKAI ALUR CAMPURAN.
6. AMANAT : "KITA boleh marah tapi kita harus bisa memastikan apa yang patut kita marahi dan kita tidak boleh mengambil keputusan sendiri harus berkepala dingin"
7. Kesimpulan : Setelah saya membaca dan menganalisis cerpen 'pendet' karya putu wijaya , ternyata unsur intrinsik sangat mempengaruhi sebuah cerpen.
Nama Anggota :
1. Fahmi Rizki
2. Indra Lesmana
3. Nanda Muhamad Yusuf
4. Cece Solikul Huda