Analisis Cerpen Peradilan Rakyat karya Putu Wijaya

Analisis Perdilan Rakyat

A.      Biografi Putu Wijaya

  Tempat Lahir      : Tabanan, Bali
Tanggal Lahir
     : Selasa, 11 April 1944

  Agama                  : Hindu

  I Gusti Ngurah Putu Wijaya atau yang lebih dikenal dengan Putu Wijaya merupakan budayawan sastra Indonesia asal Bali, yang telah menghasilkan kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esai, artikel lepas, dan kritik drama. Putu Wijaya juga menulis skenario film dan sinetron. 

B.      Sinopsis Cerpen

Di suatu tempat, seorang pengacara muda mengunjungi ayahnya,   seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum. Mereka bertemu bukan sebagai anak  dan ayah, tapi seoarang pengacara muda profesional dan pengacara senior. Ayahnya adalahdulu pemburu koruptor yang menghuni      gedung bertingkat.Pengacara muda ingin berdialog dengan            pengacara senior yaitu ayahnya sendiri, diamenceritakan negara   menugaskan dia untuk membela seorang penjahat besar yang         pantasnyamendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang      dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan    kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena    memberikanseorang pembela kelas satu untuk mereka. Karena dia yakin, negara tidak benarbenar menugaskan saya untuk  membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler,  bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada         kebangkitan baru.Pengacara muda menerima pekerjaan tersebut,  karena dia profesional. tidak disogok dengan pundi pundi uang      yang banyak, dia hanya menjalankan tugas dengan profesional.  Karena dia yakin pasti menang. Sedangkan ayahnya tidak memberi komentar dan terkejutmendengar dia tidak menerima sogokan.     Pengacara muda terus mengatakan bahwa dia pastimenang.           menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau             perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena dia ingin memburu publikasi dan bintangbintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu. Keputusanmu sudah tepat. Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan,seakanakan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran.

Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian    untukmu kelak, kalau kamu mamputerus mendengarkan        suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesionalPengacara muda pun terharu berdiri dan hendak memeluk     ayahnya, tapi ayahnya tidak mau, dan menyuruhnya pulang.   Dan membisikan kepada sekertarisnya , bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesagesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk   terbang lepas kembali seperti burung di udara

 

 

C.      Unsur Intrinsik

1.       Tema

Pengarang yang sedang menulis cerita pasti menuangkan gagasnnya. Tanpa gagasan pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok bahasan.Tema atau pokok persoalan cerpen "Peradilan Rakyat" adalah keadilan di masyarakat.

2.       Alur/Plot

                Didalam cerita  cerpen "peradilan rakyat"  tersebut adalah  yang menjadi alur cerita tersebut adalah alur maju yaitu Pengarang menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian.
Antara lain:
·         mulai melukiskan keadaan (situation);
 Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat  dihormati oleh para penegak  hukum. Kedatangan pengacara muda itu untuk berdialog masalah hukum di negara yang dirasakan lemah oleh mereka.
·         peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtans);
Belum lama ini negara menugaskan aku (pengacara muda) untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati

·         keadaan mulai memuncak (rising action); 

Seorang penjahat yang mendapat yang mendapat pengacara yang hebat. Penjahat itu, juga meminta kepada pengacara muda untuk membelanya. Karena pengacara itu profesional maka dia menerimanya dengan membela penjahat dengan membela penjahat dipersidangan,penjaht yang seharusnya menjadi musuh negara dan rakyat.

·         mencapai titik puncak (klimaks);

Peradilan terhadap penjahat itu dimulai . gambaran dari pengacara tua itu benar-benar terjadi sidang perkara yang dilakukan oleh pengacara dan penjahat itu dimenangkan keduanya. Penjahat itu bebas dengan tertawa  lepas. Penjahat itu menerima kebebasnya dengan cepat keluar negeri dan sulit untuk menjamahnya kembali.

·         pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement);

Mengetahui hal tersebut rakyat menjadi beramarah. Mereka turun kejalan dengan melakukan demontrasi besar-besaran dimana-mana, gedung-gedung dipengadilan dibakar, dan pengacara muda itu diculik dan dibunuh.

3.       Latar

·         Latar tempat :

                Kantor pengacara tua (ayah dari pengacara muda),bukti "Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara  muda Pengadilan, bukti ". Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu."

  Latar waktu :

Malam hari, bukti "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam"

  Latar suasana :

Menegangkan, bukti "Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru" Kesedihan, bukti "Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu"

4.       Tokoh/Penokohan

·           Pengacara Muda (anak): merupakan seorang pemuda yang kritis, tekun, bersemangat cerdas dan profesional terhadap pekerjaannya sebagi seorang pengacara. Hal tersebut berdasarkan kutipan dibawah ini: "Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri" Dari kutipan diatas menunjukkan bahwa pengacara muda tersebut cerdas, dan berpikir kritis. Ia mencermati keadaan dan situasi, seorang pengacara muda yang bersikap adil dan profesional pada pekerjaannya sebagai pengacara.

.               Pengacara Senior (ayah):  Memiliki sikap yang bijaksana, penyayang, rendah hati. Hal tersebut berdasarkan kutipan: "Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia." "Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan". Dari kutipan diatas, karakter tokoh ayah yang menyayangi dan merindukan putranya. Pengacara senior sudah tampak lemah dan tua.

·       Sekretaris : perhatian, baik, cantik jelita. Hal tersebut berdasarkan kutipan  "Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda. "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat malam."

5.       Sudut Pandang

Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Sudut pandang yang terdapat dalam cerpen Peradilan Rakyat adalah Sudut pandang orang ketiga yaitu sudut pandang  yang biasanya pengarang menggunakan tokoh "ia", atau "dia". Atau bisa juga dengan menyebut nama tokohnya.

6.       Amanat

a)      Dalam memilih pilihan hidup itu, kita seharusnya sebagai manusia menggunakan pikiran serta perasaan, sehingga pilihan yang kita ambil tersebut tidak merugikan diri sendiri.

b)      Banyaknya mafia-mafia di negeri ini merupakan bukti kebobrokan moral di Negara ini yang mana hokum bisa diperjual belikan.

c)      Kita sebagai manusia yang mempunyai akhlak hendaknya menjalani sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jaawab sesuai dengan norma-norma yang berlaku secara professional, sehingga hal-hal yang merugikan orang lain apalagi menyengsarakan orang lain dapat dihindari. Bukan tidak mungkin bila rakyat telah marah, maka akan lupa diri dan bisa melakukan hal-hal diluar batas kewajaran.

 

 Nama Anggota :

1. Rizal Ramdani

2. Ade Yusup

3. Yana Pebriana

Kelas XII TKR 1

 

 

 

 

 

 

 

Contact Form

Name

Email *

Message *