Tema. : kesombongan berakhir dengan penyesalan
Tokoh. : saya,penjambret,wanita mudanya
Penokohan. : wanita muda,sombong,ceroboh tenang(imitasi seperti itu banyak dijual di kaki lima. Saya heran mengapa mereka tidak dapat membedakan."
"Atau Nyonya keliru?"
"Saya tahu apa yang saya pakai."
"Orang kalau sudah lapar tidak dapat membedakan nasi yang sudah basi."
"Tepat seperti yang Anda katakan. Mereka bisa makan dari tong-tong sampah, karena lapar."
"Nyonya bernasib baik. Saya pernah melihat korban yang dipaksa menelan kalung imitasinya sesaat setelah dia dirampok. Tapi tidak di tempat ini.")
Penjambret. :jahat pintar,berpengalaman
("Tidak usah ditodong dengan begitu. Ambil kalung ini. Aku hanya mengenakan kalung imitasi. Begitu yang kulakukan setiap aku bepergian. Ambillah. Kalung ini imitasi. Anda jangan kecewa karenanya."
Wanita muda itu dengan ketenangan yang luar biasa melepas senyumnya sambil menyerahkan kalung dari tangannya.
"Nyonya jangan mencoba ingin mengecohkan perhatian kami. Kami tidak bisa tertipu. Kami penodong yang telatih. Kami bisa menandai asli ataupun palsu perhiasan yang dikenakan korban-korban kami. Walau dari jarak sepuluh meter kami tahu kalau Nyonya mengenakan emas murni."
"Ambil," kata wanita muda itu. "Saya hanya mengenakan kalung imitasi setiap saya bepergian.")
Alur/plot. : mundur, menceritakan kejadian
penjambret di bis
Latar tempat. : halte(Saya sudah sering menyaksikan peristiwa yang diakibatkan orang yang mengenakan perhiasan di bagian tubuhnya. Tidak jarang akibat perhiasan itu membahayakan si pemakainya. Ada korban yang ditusuk karena melawan waktu penjambret merentap kalung dari lehernya. Saya pernah melihat seorang wanita muda dipaksa menelan kalung imitasi yang dipakainya sesaat setelah dua kawanan penjambret bahwa kalung yang dirampok bukan emas murni. Tetapi, saya lihat orang tidak pernah mau jera untuk menggantungkan perhiasan di tubuh mereka. Seperti apa yang saya lihat saat ini, ketika saya sedang menunggu kendaraan umun di halte bis.)
,rumah("Malu rasanya kalau tidak mengenakan perhiasan," dia berkata dengan senyum kepada saya. "Saya mengenakan kalung emas murni bila perlu saja. Misalnya, kalau menghadiri arisan keluarga. Atau menghadiri arisan di lingkungan tetangga. Pada saat-saat seperti itu kita harus mengenakan kalung emas murni. Tidak enak rasanya kalau kita tidak mengenakan perhiasan. Itulah sebabnya kalau saya bepergian menggunakan yang imitasi. Yang asli saya pakai untuk mata-mata tetangga dan mata-mata keluarga saya, juga berfungsi untuk menjaga gengsi suami. Bila tamu-tamu suami saya datang bertamu kerumah saya akan kenakan kalung emas itu. Tiga puluh gram rantainya, lima belas gram leontinnya. Saya seolah sarang laba-laba itu untuk menjaring mata-mata tetangga dan mata-mata tamu suami saya. Tadi malam mereka datang bertamu ke rumah kami. Aku cepat-cepat lari ke kamar membuka lemari dan mengambil kalung emas dari lacinya dan mengalungkannya di leherku berikut leontinnya yang meniru serangga laba-laba itu. Mereka terkagum-terkagum melihat kalung emas itu. Saya sengaja tunduk waktu menaruh gelas minuman di atas meja. Kalung emas itu jatuh menggantung di leherku menyentuh talam yang kupegang. Suaranya berdenting memukul gelas minuman yang belum kutaruh ke atas meja. Mereka melirik ke kalung itu. Saya senang dan muka saya merah ketika salah seorang dari mereka mengomentarinya. Saya sebentar-sebentar datang menambah minuman mereka dan kalung itu sengaja saya keluarkan dari balik baju saya. Ah, mengapa saya menceritakan rahasia kaum wanita kepada Anda. Mungkin saya melakukan itu karena Anda baru saja melihat kejadian tadi. Apakah istri Saudara mengenakan kalung emas untuk waktu-waktu tertentu saja?),
bis kota(Kemudian, apa yang saya lihat hari ini, sama seperti apa yang pernah saya lihat, beberapa waktu yang lalu ketika dua penodong menyuruh telan kalung imitasi yang dipakai korbannya, seorang wanita muda juga. Itulah keuntungan yang saya dapatkan dengan naik bis setiap hari. Selalu banyak kejadian tampak di depan mata. Terkadang saya sendiri menjadi korban. Sebab, pencopet-pencopet atau penodong-penodong itu satu kelas dengan saya, sama-sama menumpang bis kota. Wanita itu ingin naik taksi, tapi selalu penuh.
Wanita muda itu membuka lebih lebar kerah bajunya karena panas. Kalung emas dengan leontin tiruan serangga laba-laba yang menggelantung melekat pada kulit dadanya yang putih.)
Suasana. : tenang,sedih
Waktu. : pagi hari,siang hari dan malam hari
Amanat. : jangan menggunakan perhiasan berlebihan ketika sedang
berpergian
Gaya bahasa : mudah di pahami,jelas dan
bermakna banyak pelajaran
Sudut Pandang : Pengarang menggunakan sudut
Pandang orang pertama
Pesan. :Cerpen ini mempunyai sebuah pesan yaitu "kesombongan akan membawa sebuah kerugian diri sendiri."