Rangkuman cerpen tangan-tangan buntung
1. Sinopsis Cerpen Tangan-tangan Buntung
Selama beberapa hari terakhir, sementara itu, semua gerakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri mendesak, agar Nirdawat segera disyahkan sebagai presiden baru. Karena Nirdawat tidak bersedia, maka akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan rakyat mengelilingi rumah Nirdawat, dan berteriak-teriak dengan nada memohon, agar untuk kepentingan bangsa dan negara, Nirdawat bersedia menjadi presiden.
Akhirnya beberapa di antara mereka masuk ke dalam rumah Nirdawat, lalu dengan sikap hormat mereka memanggul Nirdawat beramai-ramai menuju ke Gedung M.P.R. Sementara itu, teriakan-teriakan "Hidup Presiden Nirdawat," terus-menerus berkumandang dengan nada penuh semangat, namun sangat syahdu.
Ketua M.P.R. pun berpidato, singkat tapi padat. Inti pidato: rakyat sangat merindukan pemimpin yang baik, dan pemimpin yang baik itu tidak lain dan tidak bukan adalah Nirdawat. Maka Jaksa Agung dengan khidmat melantik Nirdawat sebagai Presiden Republik Demokratik Nirdawat (bukan salah cetak, memang presidennya bernama Nirdawat, dan nama negaranya diambil dari nama presidennya).
Setelah menyampaikan pidato pelantikannya sebagai Presiden, dalam hati Nirdawat berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan bekerja dengan sebaik-baiknya, dan sebelum masa jabatannya berjalan satu tahun, dia tidak akan pergi ke luar negeri dengan alasan apa pun. Banyak persoalan dalam negeri harus dia hadapi, dan semuanya itu akan diselesaikannya dengan sebaik-baiknya. Namun karena Nirdawat dikenal sebagai pribadi sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri sendiri, maka begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke Republik Demokratik Nirdawat, tentu saja khusus untuk menemui Presiden Nirdawat.
Keesokan harinya keluar Dekrit Presiden, terdiri atas tiga butir, yaitu mulai hari itu nama negara diganti dengan nama baru yang tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara. Itu butir pertama. Butir kedua, bendera Republik Demokrasi Nusantara harus diciptakan dalam waktu sesingkat-singkatnya, tanpa mencantumkan wajah siapa pun juga. Dan butir ketiga, masa jabatan presiden dibatasi paling banyak dua periode, masing-masing periode lima tahun.
Lagu kebangsaan, seperti yang lalu-lalu, tinggal diganti liriknya. Dulu nama raja dipuja-puji, lalu nama Dobol diangkat-angkat setinggi langit, disusul dengan pujian-pujian kepada Abdul Jedul. Terakhir, nama Jiglong dijejalkan ke dalam lagu kebangsaan, tentu saja dengan gaya puja-puji. Sekarang nama orang dihapus, diganti dengan nama negara, yaitu Republik Demokratik Nusantara.
Namun sayang, masih ada satu negara lagi yang belum terjamah oleh Republik Demokratik Nusantara, padahal negara ini terkenal makmur dan pemimpin-pemimpinnya hebat-hebat, setidaknya berdasarkan catatan-catatan resmi. Para pemimpin sekian banyak negara berkali-kali memuji keramahan penduduk negara itu, keindahan alam negara itu, dan kemakmuran negara itu. Maka, setelah waktunya tiba, datanglah Presiden Nirdawat ke negara itu. Laporan tlisik sandi ternyata benar: di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan.
Dan Presiden Nirdawat dari Republik Demokratik Nusantara pun sempat terkagum-kagum: ternyata, para pemimpin buntung justru bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi pemimpin, dan tetap dihormati.
2. Tema
Tema darI cerpen ini adalah Politik. Karena, cerpen ini menceritakan kronologi seseorang yang bernama Nirdawat dibujuk untuk menjadi seorang Presiden.
3. Tokoh/Penokohan
a. Tokoh:
-Nirdawat
-Isteri Nirdawat
-Ketua MPR
-Jaksa Agung
b. Penokohan:
- Nirdawat : Sederhana, bertanggung jawab dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri sendiri.
Bukti: Dalam hati, Nirdawat berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan bekerja sebaik-baiknya, dan sebelum masa jabatannya berjalan satu tahun, dia tidak akan pergi ke luar negeri dengan alasan apapun. Banyak persoalan dalam negeri yang haru dia hadapi, dan semuanya itu akan diselesaikannya dengab sebaik-baiknya.
- Isteri Nirdawat : Setia
Bukti : Kau harus melakukan sesuatu, Nirdawat, sekarang juga. Aku selalu mendampingimu.
- Ketua MPR : Mengerti keinginan rakyat
Bukti : Rakyat merindukan pemimpin yang baik
- Jaksa Agung : Bijaksana
Bukti : Maka jaksa agung dengan khidmat melantik Nirdawat sebagai Presiden Republik Demokratik Nirdawat
4. Alur dan Plot
Alur yang terjadi pada cerpen tersebut merupakan alur campuran. Karena pada awal cerita, diceritakan kejadian pada masa itu kemudian pada pertengahan cerita, ketika Nirdawat berbincang dengan isterinya mereka berdua membahas mengenai kenangan mereka ketika masa2 mereka menjalin hubungan. Pada saat itu Nirdawat kembali mengulang kejadian masalalu yang pernah ia alami ketika Nirdawat dan teman2nya berdiskusi mengenai sebuah Negara yang berganti nama dan bendera secara terus menerus dan bersamaan. Setelah Nirdawat mengingat kembali kenangannya masalalu, dia kembali ke masa sekarang dan cerita pun berlanjut maju.
5. Latar
a. Latar Tempat:
- Didepan rumah Nirdawat ketika rakyat mengelilingi rumah Nirdawat untuk membujuk Nirdawat agar mau jadi Presiden
- Digedung MPR saat pelantikan
- Dikamar tidur
b. Latar Waktu
- Pagi hari
- Siang hari
- Malam hari
C. Latar Suasana
- Hiruk Pikuk ( Ramai )
- Sunyi dan Tenang
- Penuh Khidmat
- Bergembira
- Terkagum-kagum
6.Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerpen "Tangan-tangan Buntung" adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu
7. Point of View
Point of view dari cerpen ini adalah Nirdawat.
8. Saran
Jadilah pemimpin yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya
#Nama anggota kelompok
1. Dwiki Subagja
2. Rendi Rizki Pangestu
3. Rissa Rahmadinah
KELAS XII TKR 5