Prahara wabah covid-19 memang telah menjadi keprihatinan global. Wabah ini telah menyebabkan kelesuan pada pelbagai sektor: finansial, perdagangan, turisme, sosial-budaya, dan juga pertumbuhan ekonomi. Namun, tak patut bagi kita terpasung pada kemurungan global berlama-lama.
Ada banyak inisiatif yang bisa dilakukan untuk tetap bersiasat di tengah kesulitan. Di dunia pendidikan, termasuk pendidikan tinggi, bisa memanfaatkan kemerdekaan berpikirnya untuk lepas dari masalah dan menatap masa depan dengan optimistis. Salah satu yang bisa dilakukan perguruan tinggi ialah 'me-lockdown' perkuliahan secara fisik--tentu temporer sifatnya--dan memaksimalkan 'open up' kuliah model lain dengan memanfaatkan teknologi virtual dan digital.
Revolusi industri 4.0 memungkinkan kita melakukan inisiatif terbarukan untuk memaksimalkan fungsi komunikasi, transfer informasi, dan pengetahuan. Dunia boleh mewabah dan terimpit oleh pertumbuhan yang melambat, tapi dunia pendidikan harus terus berlari demi melanjutkan peradaban.
Memang tetap saja perjumpaan fisik tidak bisa dipinggirkan. Untuk momen seperti yudisium, wisuda, praktik kerja lapangan (PKL), juga kuliah kerja nyata (KKN), dan tentu saja kuliah secara 'tradisional', perjumpaan riil dan sosial harus dilakukan. Itu karena tujuan pendidikan tinggi seperti tertuang di dalam UU No 12 tahun 2012 menerapkan nilai humaniora dan pembudayaan demi membentuk manusia Indonesia yang berkarakter harus dilakukan di dunia nyata.
Perjumpaan fisik tetap tidak akan ditinggalkan meskipun kemajuan teknologi virtual dan digital semakin menebal.
Meskipun wabah covid-19 ini akan berlangsung lama, kita harus memikirkan pola dan metode pembelajaran fisik dan sosial yang aman bagi semua orang.
Perkembangan teknologi komunikasi dan digital memiliki peran signifikan yang bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh para akademia untuk menatap hari depan lebih cerah.
Link Deskripsi : https://youtu.be/y4IJ_cI2tJw
Fauzi Wibowo
XII TPBO
Ada banyak inisiatif yang bisa dilakukan untuk tetap bersiasat di tengah kesulitan. Di dunia pendidikan, termasuk pendidikan tinggi, bisa memanfaatkan kemerdekaan berpikirnya untuk lepas dari masalah dan menatap masa depan dengan optimistis. Salah satu yang bisa dilakukan perguruan tinggi ialah 'me-lockdown' perkuliahan secara fisik--tentu temporer sifatnya--dan memaksimalkan 'open up' kuliah model lain dengan memanfaatkan teknologi virtual dan digital.
Revolusi industri 4.0 memungkinkan kita melakukan inisiatif terbarukan untuk memaksimalkan fungsi komunikasi, transfer informasi, dan pengetahuan. Dunia boleh mewabah dan terimpit oleh pertumbuhan yang melambat, tapi dunia pendidikan harus terus berlari demi melanjutkan peradaban.
Memang tetap saja perjumpaan fisik tidak bisa dipinggirkan. Untuk momen seperti yudisium, wisuda, praktik kerja lapangan (PKL), juga kuliah kerja nyata (KKN), dan tentu saja kuliah secara 'tradisional', perjumpaan riil dan sosial harus dilakukan. Itu karena tujuan pendidikan tinggi seperti tertuang di dalam UU No 12 tahun 2012 menerapkan nilai humaniora dan pembudayaan demi membentuk manusia Indonesia yang berkarakter harus dilakukan di dunia nyata.
Perjumpaan fisik tetap tidak akan ditinggalkan meskipun kemajuan teknologi virtual dan digital semakin menebal.
Meskipun wabah covid-19 ini akan berlangsung lama, kita harus memikirkan pola dan metode pembelajaran fisik dan sosial yang aman bagi semua orang.
Perkembangan teknologi komunikasi dan digital memiliki peran signifikan yang bisa dimanfaatkan seluas-luasnya oleh para akademia untuk menatap hari depan lebih cerah.
Link Deskripsi : https://youtu.be/y4IJ_cI2tJw
Fauzi Wibowo
XII TPBO